Legenda Aki Nini Seke dan Batu Bertuah di Binuangeun
Bantensite - Setiap tempat pasti memiliki cerita dan asal usulnya tersendiri. Begitupun dengan tempat yang satu ini, Pantai Karang Seke Desa Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak-Banten.
Pantai yang berada di Kampung Tanjung Panto ini merupakan salah satu tempat favorit bagi warga Binuangeun dan sekitarnya untuk melepas penat ataupun sekedar nongkrong di sore hari dan menghabiskan waktu senggang, terutama di momen-momen liburan.
Namun dibalik semua itu, ternyata Pantai ini menyimpan sebuah cerita yang cukup melegenda tentang asal muasal penamaan Karang Seke itu sendiri, loh.
Konon, pada zaman dahulu tinggalah sepasang kakek dan nenek yang hidup dan menetap di Kampung Tanjung Panto, Binuangeun. Pasangan ini hidup di sebuah gubuk kecil sederhana yang terletak di dekat pantai. Masyarakat sekitar biasa memanggil mereka dengan sebutan Aki Seke dan Nini Seke.
Pada saat itu, kondisi wilayah Binuangeun terutama di sekitar Tanjung Panto tempat Aki Seke dan Nini Seke tinggal masih seperti hutan. Di sana terdapat berbagai macam tanaman yang tumbuh dengan suburnya.
Pepohonan serta buah-buahan seperti pohon melinjo, pohon aren, sawo, dan pohon kelapa juga tumbuh subur di tempat tersebut. Kedua kakek nenek inipun menggantungkan hidup mereka hanya dari berladang dan apa yang mereka dapati di sana.
Pada suatu waktu, sepasang kakek nenek ini berkeinginan untuk menanam tanaman jagung di ladang mereka. Namun sayang di sayang mereka tidak mempunyai bibit jagung dan tidak tahu harus mencarinya kemana, akhirnya mereka pun mengurungkan niat mereka untuk menanam jagung.
Di saat Aki Seke sedang merenungkan keinginannya menanam jagung yang tidak terlaksana, Nini Seke kemudian berinisiatif menghampiri si Aki dan mengajaknya untuk menanam sesuatu yang lain.
Bukan gandum, padi ataupun pisang, Nini Seke justru mengajak si Aki untuk menanam Batu Karang di Pantai di dekat gubuk mereka. Entah apa yang dipikirkan Nini sehingga mendapatkan ide cemerlang tersebut.
Saat itu Aki seke termenung sejenak memikirkan ajakan nini Seke. Mungkin karena gabut, pada akhirnya Aki Seke menyetujui ajakan si Nini untuk menanam batu karang di pantai.
Kedua kakek nenek ini pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ladang dan beralih menanam batu karang di pantai untuk beberapa waktu.
Setelah mempersiapkan semua alat-alat yang diperlukan, keduanya berangkat menuju lokasi pantai yang akan mereka tanami batu tersebut.
Sesampainya mereka di pantai, Aki Seke dan Nini Seke segera mencari bibit batu karang yang akan di tanam di sana. Setelah beberapa lama mencari akhirnya mereka menemukan bibit batu karang yang dirasa bagus untuk mereka tanam.
Kemudian mereka pun menanam bibit batu karang tersebut di pantai yang berada dekat dengan gubuk mereka. Seiring waktu berjalan, hari berganti hari, minggu berganti bulan dan tahun berganti tahun, akhirnya batu karang yang mereka tanam tumbuh dengan baik dan terus membesar.
Namun setelah beberapa tahun berlalu, akhirnya Aki seke dan Nini Seke pun berpulang dan meninggalkan semua batu-batu karang yang telah mereka tanam di Pantai.
Setelah Aki dan Nini Seke meninggal, cerita tentang mereka pun mulai melegenda di antara masyarakat Binuangeun. Dari situ tumbuhlah kepercayaan masyarakat terhadap batu karang peninggalan Aki dan Nini Seke tersebut.
Mereka mempercayai bahwa batu karang tersebut merupakan batu bertuah yang memiliki banyak khasiat untuk pengobatan dan penyembuhan berbagai jenis penyakit.
Kepercayaan masyarakat ini terus tumbuh dan menyebar di desa Binuangeun dan sekitarnya selama beberapa kurun waktu. Semenjak saat itu pulalah pantai yang telah ditanami batu karang oleh Aki dan Nini Seke dikenal dengan nama Pantai karang Seke hingga sekarang.
Namun demikian, seiring semakin majunya pola pikir masyarakat, legenda tentang batu karang bertuah peninggalan Aki dan Nini Seke ini pun semakin menghilang tergerus gelombang peradaban.
Terkait benar atau tidaknya legenda tersebut dan khasiat dalam batu karang peninggalan Aki dan Nini Seke ini hanya Allah yang tahu.
Sebagai orang-orang yang mengaku beriman, kita tidak boleh dengan mudah selalu mengaitkan sesuatu dengan kekuatan ghaib. Seperti contoh dalam legenda ini, jika batu itu benar berkhasiat, mungkin karena batu tersebut memang mengandung zat atau unsur-unsur yang memang baik untuk pengobatan, bukan karena kekuatan Jin dan Semacamnya.
Kita harus bertawaqal kepada Allah dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa manfaat dan mudharat itu hanya ada di tangan Allah. Wallahu’alam bishshowab
Itulah legenda yang berada dibalik penamaan Pantai yang saat ini kita kenal dengan nama Karang Seke ini, semoga postingan ini bermanfaat yaa.