Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

GUNUNG ASEUPAN JANJIKAN PETUALANGAN YANG TAK TERLUPAKAN


Gunung Pulosari
Bantensite - Minggu pagi yang sendu membuka perjalanan kami menuju petualangan yang tak akan pernah kami lupakan, petualangan menuju puncak salah satu dari deretan gunung yang ada di Pandeglang-Banten yaitu gunung Aseupan.

Gunung yang terletak sekitar 18 km sebelah barat dari pusat kota Pandeglang ini memiliki ketinggian 1174 meter, atau setara dengan 3852 kaki. Tak seperti gunung Pulosari yang selalu ramai di kunjungi oleh para pendaki, gunung Aseupan ini justru masih sangat asri dan jarang terjamah oleh para pendaki dan pencari tantangan.

Namun itu tidak membuat niat kami surut sedikitpun bahkan membuat kami semakin tertantang untuk menaklukannya. Perjalanan pun dimulai, sekira jam 09:00 pagi kami memulai perjalanan menggunakan mobil dari Kecamatan Menes-Pandeglang menuju Desa Kaduhejo Kecamatan Kaduhejo kabupaten Pandeglang.

Setelah sekira setengah jam mobil kami berjalan, akhirnya kami sampai di desa kaduhejo yang bertempat di bawah kaki gunung tersebut.

“Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di desa Kaduhejo”…..

Sesampainya di desa Kaduhejo, kami langsung menemui warga untuk sekedar beristirahat dan bertanya-tanya sekaligus menitipkan mobil.

Setelah bertanya ini itu, kami pun mengecek kembali kelengkapan yang telah kami bawa. Hingga tepat jam 11:00 kami mulai berjalan dan beranjak menuju puncak Gunung Aseupan.

Tak begitu lama kami berjalan, mata kami langsung dimanjakan oleh pemandangan gunung aseupan yang begitu indah dan menjulang didepan mata, sehingga membuat kami tak kuasa berhenti untuk terus memuji keagungan sang Maha Kuasa yang telah menciptakan segala keindahan yang ada di Bumi yang kita pijak ini, “Subhanallah”. Dengan menapaki jalan setapak yang biasa dilewati oleh para warga untuk berkebun di kaki gunung kami terus berjalan menyisir jalanan licin nan berbatu. Tak terasa, belum juga kami sampai di ujung perkebunan warga, beberapa teman kami sudah mulai kelelahan, sehingga memaksa kami untuk berhenti sesaat. Mungkin karena langsung disuguhkan dengan medan terjal yang terus menanjak dengan hanya sedikit struktur tanah yang rata sehingga membuat tubuh terkejut dan lebih cepat menguras tenaga.

Sesekali menghela nafas panjang dan minum beberapa teguk air sudah cukup cukup untuk kami memulai kembali perjalanan menuju puncak Aseupan. Berselang beberapa saat, adzan dzuhur terdengar dari mesjid-mesjid di kejauhan di perkampungan di bawah gunung, kamipun memutuskan berhenti kembali untuk melaksanakan shalat dan sedikit mengisi perut setelahnya.

“Langit udah semakin gelap, hayu atuh kita harus terus jalan” ujar salah seorang teman kami mengingatkan.

Kami segera melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda beberapa saat tadi. Seperti yang sudah kami perkirakan, awan pun sudah tak kuasa menahan air sehingga menumpahkan hujan untuk menemani perjalanan kami menuju puncak aseupan. Tak terasa perkebunan warga sudah jauh kami lewati, dan kami mulai memasuki hutan menuju petualangan yang sesungguhnya. Ditemani hujan yang turun semakin deras tak membuat kami patah semangat untuk terus melanjutkan perjalanan, jalur pendakian pun semakin sulit untuk dilalui karena struktur tanah yang miring dengan sisi kanan dan kiri tebing yang curam  membuat kami harus ekstra hati-hati agar tak terperosok dan jatuh kedalamnya. Ditambah lagi dengan hujan yang turun membuat tanah yang kami pijak menjadi sangat licin dan berbahaya, sehingga beberapa kali membuat kami terpeleset dan hampir jatuh. Tak jarang kami juga harus menggunakan tambang dan beberapa alat bantu untuk melewati beberapa jalur yang cukup ekstrim.

Setelah melewati berbagai medan yang cukup menguras adrenalin, sekira jam 05:00 sore  akhirnya kami sampai ditempat pemberhentian pertama yaitu disebuah lahan datar yang hanya seluas kurang dari 5x5 meter dengan sisi kanan kiri depan dan belakang adalah lembah dan jurang yang cukup dalam. dengan keadaan cuaca hujan yang cukup deras serta tertutup kabut lebat kami berhenti sejenak untuk menghela nafas dan shalat Ashar berjamaah secara bergantian.

Setelah beristirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan menju puncak, namun kali ini medan tidak terlalu licin dan terjal seperti sebelumnya, meskipun memang tetap tidak jauh dari kata ekstrim, tetapi setidaknya cukup membuat kami bisa menghemat tenaga. Berbeda dari sebelumnya, jika sebelumnya kami disuguhkan dengan pemandangan gunung-gunung, lembah, jurang dan pepohonan. Kali ini kami justru tidak dapat melihat apapun, kabut yang menutupi pandangan di sebelah kanan dan kiri kami membuat kami kesulitan untuk melihat-lihat. Mungkin karena hujan yang turun begitu deras, membuat kabut yang turun pun menjadi lebih tebal sehingga membuat jarak pandang kami tidak terlalu jauh. Selain itu, yang cukup menarik perhatian kami juga yaitu tumbuhan Kantung Semar dan paku-pakuan yang banyak menghiasi sepanjang perjalanan kami menuju puncak.
Setelah sekira 1,5 jam berjalan dari tempat pemberhentian pertama tadi, akhirnya kami sampai di puncak gunung aseupan, dan terbayarlah semua keringat dan kerja keras perjuangan kami. dengan pemandangan yang menakjubkan dari deretan gunung-gunung yang berjajar disekitar pegunungan Pandeglang. Karena hari sudah mulai malam, kamipun memutuskan segera mendirikan tenda untuk berteduh dan beristirahat disana. Dan setelah melewati malam yang dingin di puncak Aseupan, pagi jam 08:00 kami memutuskan turun dan menyelesaikan petualangan  kami di gunung aseupan dengan perjalanan turun yang tidak kalah menantang dan ekstrim. Akhirnya sekira jam 10:30 pagi, kami sampai kembali ke perkampungan di desa kaduhejo, kecamatan Kaduhejo, Kabupaten pandeglang-Banten. yaitu di titik awal pemberangkatan kami dihari sebelumnya.

Dan Akhirnya, petualanganpun ditutup dengan ucapan “Alhamdulillahirobbil'aalamiin”