Mengenal Kecamatan Cikeusik Lebih Jauh Yuk
Mesjid At-taqwa Kecamatan Cikeusik |
Bantensite - Cikeusik adalah sebuah nama salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Indonesia, Ketika mendengar namanya mungkin yang terlintas di benak kita adalah sebuah tragedi berdarah pada tahun 2011 lalu, yaitu tentang bentrokan yang terjadi antara Jemaat aliran sesat Ahmadiyah dan warga yang menyebabkan tewasnya beberapa anggota dari aliran sesat tersebut, Bahkan ketika kita coba untuk searching melalui mesin pencari di internet tentang Cikeusik, maka yang akan muncul adalah selalu berita-berita yang terkait dengan kejadian tersebut.
Hal itu terjadi karena sebelumnya nama Cikeusik masih sangat asing dan tidak begitu dikenal sehingga informasi tentangnya pun masih sangat terbatas. Karenanya sangat wajar ketika orang luar daerah berbicara tentang Cikeusik maka selalu di kaitkan dengan tragedi tersebut, tragedi berdarah yang sempat membuat nama kecamatan ini mendunia pada tahun 2011.
Namun, pada postingan kali ini kita tidak akan membahas tentang hal itu, melainkan sisi lain tentang Cikeusik yang mungkin banyak diantara kita yang masih belum mengetahuinya.
Cikeusik merupakan daerah dataran rendah hingga bergelombang dengan bukit-bukit kecil di dalamnya, dengan sebagian besarnya wilayahnya adalah dataran rendah dan terletak sekitar 5-100 dari permukaan laut (DPL). Kecamatan ini sendiri memiliki luas wilayah sekitar 355,04 Km2 dengan populasi jumlah penduduk mencapai 49.647 jiwa (2010). Dengan jumlah sekitar 14 kelurahan di dalamnya yaitu :
No KEC.CIKEUSIK (35.505 Ha)
Kelurahan Luas (Ha)
1. Curugciung 3.850
2. Cikadongdong 3.850
3. Cikeusik 3.200
4. Leuwibalang 3.850
5. Sukaseneng 2.540
6. Rancaseneng 524
7. Nanggala 2.640
8. Umbulan 1.400
9. Sumurbatu 1.100
10. Sukamulya 2.475
11. Parungkokosan 3.025
12. Sukawaris 1.100
13. Cikiruhwetan 1.100
14. Tanjungan 4.950
Mata pencaharian mayoritas penduduk Cikeusik adalah petani atau buruh tani dengan hasil bumi kelapa dan padi sebagai andalannya. Selain padi dan kelapa, pada musim kemarau pasca panen raya sebagian warga cikeusik biasanya menggunakan lahan sawah mereka untuk berkebun sayuran dan buah-buahan seperti kacang-kacangan, timun, semangka dan lain-lain. Hal ini dikarenakan sawah di wilayah Cikeusik merupakan sawah tadah hujan dengan saluran irigasi yang belum bisa dikatakan baik, karenanya warga cikeusik hanya bisa menanam padi 2 kali dalam setahun.
Selain itu, kecamatan cikeusik juga memiliki dua pulau kecil terluar yang berada di Samudera Hindia yaitu Pulau Tinjil dan Pulau Deli. Pulau Tinjil adalah pulau kecil dengan bentuk memanjang yang sejak tahun 1998 telah digunakan sebagai tempat pengembangbiakan kera ekor panjang (macaca fasicularis) secara alami. Sedangkan Pulau Deli merupakan pulau kecil dengan luas keliling sekitar 25 km yang sebagian besarnya adalah hutan lindung dengan rawa-rawa yang dapat meluas hingga 5 hektare setiap musim hujan tiba. Pulau Deli sendiri merupakan titik dasar batas wilayah Provinsi Banten.
Itulah sedikit informasi tentang Kecamatan Cikeusik yang mungkin masih banyak yang belum mengetahuinya. Jika ada informasi yang kurang dan tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya mohon ditambahkan dan diluruskan. Terimakasih.